Rabu, 07 Februari 2018

Kisah ALFAJRI ROSIDIN Dua Tahun Belajar Santun dan Silat di Sumatera Barat

kisah yang tak kalah menarik ketika saya lulus SD. ketika saya baru kelas 6 SD. Sejak itu,IBU dan AYAH Berpisah,dan saya memilih untuk tinggal dengan ibu saya,saya masih kecil tumbuh menjadi anak yang bengal. Tidak sabar menghadapi polah saya,ibu,saya lalu mengirim saya ke Muara Labuh, Solok Selatan. Move On dari sang ayah yang sudah meninggalkan saya,kakak,ibu dan adik saya lalu saya Jual Rumah saya yang lama!!!!! Dan setelah itu lalu saya mulai belajar jatuh cinta dengan si dia Saya Belajar Soal Cinta dengannya dan ternyata begitu indah dicintai "Semenjak Ayah dan Ibu saya berpisah,saya menjadi bandel. jarang di rumah. Lelah menangani saya, akhirnya Ibu mengirim saya ke Padang. Tidak persis di Padang, karena instruksi berikutnya, saya mesti dirawat kakek dan nenek yang tinggal di Muara Labuh, Solok Selatan!!!! Belajar sopan santun dan silat Mulai dari sekolah di tasikmalaya,Bandung, lalu berlabuh di Solok Selatan. Kali pertama menginjak Tanah Minang,saya terkaget-kaget. Tidak ada minimarket, layaknya mayoritas ibu kota provinsi. Yang ada, pasar tradisional yang hanya buka hari Senin dan Kamis. Kala itu,Saya mulai berpikir mengapa Ibu setega ini? Tapi justru di Solok Selatan,Saya memetik banyak pelajaran. "Saya belajar survive. Lebih dari itu saya belajar sopan santun. Usia kakek saya hampir 100 tahun. Ia masih sehat, menjabat semacam ketua adat di sana. Kalau berbicara dengan beliau, pantang bagi saya menatap langsung matanya. Saya mesti menunduk. Itu bagian dari kesantunan. Di Muara Labuh,Saya berkenalan dengan silat luncua. Dalam bahasa setempat disebut silek luncua. Silat asli dari Muara Labuh.Saya menekuni silat ini setahun lebih. Perlahan,da saya memberanikan diri bergabung dengan Perguruan Pencak Silat Gajah Putih (PSGP). "Kesempatan emas datang. Mewakili PSGP, saya berlaga di sejumlah kompetisi. Salah satunya, Pekan Olahraga Daerah (Porda). Saya juara 3 untuk pencak silat kategori silat laga. Sebetulnya saya menekuni silat tradisional (silat tradisional dan silat laga berbeda). Kemenangan saya di Porda bikin saya sadar betapa silat mulai ditinggalkan generasi muda. Muara Labuh tidak hanya mengajarkan Saya soal sopan santun dan silat. Kawasan ini mengajak Saya lebih jauh berdamai dengan alam. jangankan mal, listrik pun langka. Penerangan menggunakan lampu tungku atau obor. Saat Saya datang ke sana, listrik dihasilkan dari generator turbin dengan memanfaatkan aliran sungai. Mengingat listrik kadang ada, kadang tidak,Saya harus mengucap salam perpisahan dengan ponsel dan perangkat gadget modern lain. "Jadi kalau mau menelepon orang tua atau orang tua kangen saya, saya harus pergi ke rumah paman yang lokasinya mendekati Ibu Kota. Di rumah paman saya ada telepon. Itu pengalaman luar biasa. Saya jadi menghargai tali silaturahim. Saya merasakan kasih Ibu begitu besar. Salam Hormat Saya: #ALFAJRI ROSIDIN#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah ALFAJRI ROSIDIN Dua Tahun Belajar Santun dan Silat di Sumatera Barat

kisah yang tak kalah menarik ketika saya lulus SD. ketika saya baru kelas 6 SD. Sejak itu,IBU dan AYAH Berpisah,dan saya memilih untuk tingg...